Bagaimana kelak..



Diam-diam saat Zaheer tidur, aku iseng-iseng ngambil photonya, cuma pake ha pe. Hasilnya ga begitu jelek. Wajah tenangnya saat tertidur, begitu tampan dan menggemaskan (menurutku). Aku jadi berpkir, mo jadi seperti apa dia kelak. Yang jelas jadi apa pun, tiap orang tua pastinya mengharapkan anak yang berbudi luhur. Pinter oke, cerdas bagus, kaya juga ga da yang larang. Tapi satu yang tidak boleh terlewatkan, kecerdasan emosional.

Aku ingin bercerita sedikit tentang seseorang rekan kerjaku saat ini *bukannya ngegosip loh*. Sebut saja namanya Ly. Dia bukan atasan, juga bukan ketua bidang. Tapi bisa keliatan banget ambisinya mencapai itu. Kemarin, ceritanya dalam kepanitian kegiatan akhir tahun ajaran, ada seseorang, sebut aja Dy, ditugaskan mengerjakan suatu pekerjaan.

Karena kali ini merupakan yang pertama banget bagi Dy dalam pekerjaan ini, yang memungkinkan masih perlu beberapa bimbingan. Tanpa sengaja, dia berbuat suatu kesalahan, yang menurutku masih bisa diperbaiki secara baik-baik. Nah, ketika si Ly tau soal ini, pecahlah kemarahannya. yang dilanjut dengan acara memaki-maki si Dy ini.

Aku yang menyaksikan hal ini hanya bisa mengurut dada, dan beristighfar dalam hati. Ni orang (Ly) kok bisa-bisanya memaki-maki seperti itu, padahal bisa disampaikan dengan cara yang lebih arif bukan malah memaki-maki, apalagi yang secara umur lebih tua Dy. Apa tidak bisa lebih sopan sedikit. Aku jadi gak respek lagi nich ma dia. Atasan kami pun ketika tau hal ini, hanya menasehati Dy memberi tahu apa yang seharusnya secara baik-baik.

Sedikit flashback, memang banyak orang yang gak suka sama orang ini (Ly). Sifatnya yang sepertinya sama sekali tidak bisa mengontrol emosi, makanya banyak orang tidak suka sama dia. Naluri menguasai dan sok memerintah, mendominasi sikapya.

Hmmmh..buat anakku.. ini sebuah contoh nak, jika kamu kelak pengen dicintai banyak orang, hindari sifat-sifat seperti ini. Jadi pemimpin adalah mungkin harapan tiap orang, Yang jelas, jadi apa pun kamu kelak tidak boleh melupakan sifat empati, sopan-santun (tata krama) dan pengendalian diri.


Jadi pe-er lagi nich buat orang tuanya, bagaimana mengasah kecerdasan emosionalnya, selain memang mesti tetep ngasah kecerdasan intelektualnya.

Naluri pemimpinmu sudah bisa terlihat ketika kamu bermain dengan teman-temanmu. Seringnya kamu yang mendominsi permainan. Tapi ada sedikit yang mama ga suka, ketika sifat jailmu muncul, (menurut pengasuhmu) kamu kadang suka memukuli temanmu walopun ga bersalah apa-apa. heheh.. sifat ini entah nurun dari siapa, apa ini hanya sebagian dari eksplorasi memukul, ataukah ada suatu perasaan lain yang menyebabkan kamu suka memukul orang?

4 comments:

Bener sekali.
Aku punya kerabat yang terlalu memanjakan anak2nya, akhirnya anaknya gak mandiri, sedikit2 bergantung dng orangtuanya. Dah gt jadi bandel banged...
Duh, mudah2an saja aku bisa mendidik anakku biar punya kecerdasan emosional yang baik.

Tul bgt mom, kita sebagai org tua emang hrs memikirkan gimana kelak anak kita nantinya dan emang gak cukup dgn kecerdasan intelektual doang tp jg kecerdasan emosional krn segala sesuatu hrs seimbang bukan???
Smoga kelak Zaheer menjadi seperti apa yg diharapkan org tuanya, Amin....

susah-sudah gampang ya mendidik anak, di turuti takut manja dikerasi juga gak baik buat anak. Insya Allah mama nya Zaheer baik kok ya dalam mendidik Zaheer

semoga kelak Zaheer bisa jadi pemimpin, pemimpin yang bijaksana. amin!
emang, kata banyak orang EQ itu malah lebih penting dari IQ.
kalo masalah anak memukul, gapapa..pelan2 aja diberi pengertian.
kadang2 mencontoh orang dewasa juga. kadang anak sulungku kalo lagi nakal agak keterlaluan, aku pukul pantatnya. si bungsu ngelihat, sekarang jadi bisa mukul juga kalo rebutan barang sama cicinya. atau kalo diusilin cicinya. kadang nyesal juga mukul anak. tapi yah itu .. kadang ada masanya bandel banget. tapi aku selalu berusaha sebisanya pakai cara lunak. kadang2 doang marah besar kalo gak mau dengar.