TRAGEDI DI MALMING

Semalem terdengar kehebohan dari rumah sebelah, eh bukan sebelah ding, full satu rumah, yang letaknya di samping rumahku. Karena nempel banget sama rumahku, jadinya beberapa kejadian di rumah itu bisa kami dengar, kami saksikan dan kami rasakan. hehe.. yang bener sich bisa denger doank.

Bukannya bermaksud gosipin orang, sungguh. Ini fakta. Sebenernya udah beberapa kali selama kami menempati rumah ini (1 tahun.red), terdengar hebohnya percekcokan di antara keluarga tersebut. Aku (kami) sich sama sekali gak ada maksud menguping pembicaraan orang, apalagi yang sifatnya kejelekan, tapi suara-suara mereka tadi malem kayaknya sayag sekali untuk dilewatkan, beu.. sama aja atuuh! Gak lah, maksud ku nada suara mereka yang mau gak mau mesti kami dengarkan, karena memang bener-bener terdengar jelas oleh telinga kepala kami, walopun saat itu suara volume radio, tivi, prang-preng-prong piring yang lagi aku cuci, gak cukup buat meredam suara mereka, saking kerasnya.

Sebenernya apa isi pembicaraanya? Jawabannya panjang dan lebar. Umpatan dan makian serta cercaan antara ibu dan anak perempuannya, disaksikan oleh cucu perempuannya yang baru berusia 2 tahun. Kenapa aku yakin posisinya begitu, pertama, karena aku hafal betul suara siapa yang lagi bertengkar. Kedua, si balita (salah satu temen maennya zaheer) saat itu menangis histeris demi menyakksikan pergulatan hebat antara keduanya.

Gak aku paparkan di sini apa yang mereka bicarakan. Hanya ujungnya saja yang sangat aku sesalkan. Seperti mungkin kebanyakan yang terjadi kalo perdebatan di antara keluarga berlangsung, ujung-ujungnya “pengusiran”. Yups! Itulah yang dikatakan sang ibu, atau nenek dari si balita nan jelita itu. Mungkin niiiih perkataan itu gak sepenuhnya terucap dari hati yang tedalam si ibu tadi. Karena ibu mana sich yang tega ma anak sendiri. Hanya karena lagi esmosi barangkali.

Kita semua tau sebenernya perdebatan itu sangat lazim ada dalam sebuah keluarga. Bahkan gak jarang hingga terjadi pertengkaran. Tapi sehebat apa pun esmosi kita, pliiiiis ya jangan sampe di-drama-kan di depan anak-anak kita. Karena kalo itu dilakukan, bisa dibayangkan, apa yang akan tertanam dalam benak anak kita, mindset seperti apa yang akan terbangun tentang sebuah keluarga dalam pikiran mereka.

Berikut ini ada beberapa tips ketika pertengkaran terjadi. Piiiiisss!!

  1. Jauhkan dari tontonan anak kita, bisa memilih tempat yang tertutup seperti di kamar mandi yang kedap suara, disetting misalnya dengan memasang karpet di sekeliling dindingnya. Atau di tempat terbuka misalnya di deket curug (water fall) agar suaranya teredam sama suara airnya.
  2. Jangan bertengkar di dapur atau di toko penjual golok. Karena kalo emosi sudah gak bisa dibendung lagi, bisa-bisa terjadi hal-hal yang gak diinginkan. Apapun bisa saja terjadi, mengingat di dapur juga ada benda tajam, yatu pisau.
  3. Menggunakan kata-kata halus, janggan sekali-kali kata-kata kasar terlontar, tetap menjaga norma-norma kesopanan.

Hehehe..maap sodara-sodara.. gak penting banget sech poin-poin di atas, gak mutu! Harap jangan mencemooh dan sebagainya. Protess, boleh-boleh aja. Bukannya aku mendukung aksi pertengkaran tiap orang. Yang jelas tiap kita pasti pernah merasakan esmosi terhadap seseorang, marah terhadap seseorang. Pengen mencakar mukanya, pengen menjambak rambutnya dan sebagainya. Ini semua gak aku pungkiri.

Tapi di balik semua itu, tips yang paling ampuh untuk menghentikan pertengkaran, meredam emosi adalah dengan duduk sejenak, berwudhu bisa ngademin pikiran kalut kita. Kalo belom cukup juga, bisa dengan sholat sunah 2 rokaat. Mencoba berfikir jernih, menelaah masalah yang sedang dihadapi, kedepankan pikiran logis, bukan emosi. Mencoba menghadirkan 1001 alasan atas kesalahan orang lain, kenapa dia berbuat begini, kenapa berbuat begitu. Hati seluas samudera sangat dibutuhkan dalam kasus ini. Jaranggggg….

"Ya Allah, kuatkan ikatan ukhuwah di antara kami dalam kecintaan terhadap-Mu. Amin…"

10 comments:

thanks info nya ya semoga berguna, tapi kalo bisa sih jangan pernah ada pertengkaran ya

Kalo sudah emosi tinggi bisa jadi blank di mana dia berpijak, pokoknya nyerocos aja dan ngedumel dan maki2 gak terarah tuk meluapkan emosinya, muin juga yang ada ujung2nya juga penyesalan kali ya. Thx juga info dan tips jika terjadi pertengkaran

Oks.. dicatat. Semoga aku ga perlu mengalami/melakukan percekcokan gitu. Ngeri....

kadang susah meredam emosi kalo dah mulai beradu mulut. susah payah mengerem supaya mulut gak bicara lagi. aku juga kadang beradu mulut dg suami, kebanyakan soal anak. tau banget teorinya "jangan berantem di depan anak2". tapi kadang prakteknya susah meredam emosi lho...

waah koq bisa ya berantem ma Ibu .. apalagi mpe kluar caci maki gitu .. hiy syerem .. :)

tipsnya bagus,.......,apalagi yang nomor dua....peace juga ah

tipsnya ok banget. Semoga ga ada pertengkaran yang menghebohkan kayak gitu.

Duh, kalo gw mah malu pisan berantem suaranya kedengeran ampe tetangga. ga sekalian pinjem toa di masjid ajah? :-)

Btw tips yang jangan berantem di toko golok oke juga tuh. Plus toko ulekan, bukannya apa2 ulekan batu paling ga lumajan bikin kepala benjol ato geger otak huhuhuhu

betul banget mba, kita harus bisa tanamkan semua yg baik2 pd anak. Jangan smp mereka merekam hal yg buruk hingga akhirnya itu mjd sikap mereka dikemudian hari. Aku sering bgt liat hal2 yg begitu di lingkungan rumah mba, makanya khawatir bgt nih sm shishil, kalo pas kebetulan dia liat or dia dengar. Tapi kasian juga kalo dia akhirnya ga ada teman main.. fiuhh.. jd bingung sendiri.. *ups maaf jd curhat* hehehe

Duh...moga2 jangan sampai lah bertengkar hebat di depan anak2. Akan mengganggu psikhologis mereka dan akan membekas sampai mrk dewasa.