INDAHNYA BERBAGI
Temans, pernahkah dirimu menerima tamu? Tapi tamu yang aku maksud bukan tamu spesial atau pun pejabat, melainkan pengemis atau peminta-minta? Jawabanyya pasti kebanyakan iya. Apalagi yang kebetulan tinggal di daerah yang terlihat masih kental sisi kemasyarakatannya. Maksud ku daerah yang kelihatannya masih sering diadakan kegiatan-kegiatan sosial dan sebagainya. Tahu kenapa, karena pengemis juga bisa menilai masyarakat seperti apa yang mungkin memiliki kepedulian yang tinggi.
Atau pernahkah dirimu bertemu dengan pengamen atau peminta-minta ketika zamannya masih suka naik turun angkutan dulu terutama bis. Ini tentunya bagi yang pernah mengalaminya, masa-masa ketika masih sekolah dulu, sebelum seperti sekarang ini yang kemana-mana udah pake mobil pribadi. Atau bisa juga bagi yang berkendaraan pribadi ketika berhenti di lampu merah gak jarang kita menemukan peminta-minta atau pengamen jalanan.
Gak jarang pula yang terjadi adalah : para orang-orang yang dimintai itu menolak untuk memberi, padahal uang di dompetnya banyak uang ratusan ribu misalkan. Lalu mereka beralasan karena gak ada receh. Atau gak sedikit pula orang yang ketika pintu pagar atau pintu rumahnya diketuk, tapi pura-pura gak denger atau bahkan tiba-tiba dengan sengaja menghentikan semua bunyi-bunyian biar dikira lagi gak ada orang di dalem rumah.
Kenapa? Sebagian mungkin ada yang berfikiran bahwa dengan memberi pengemis tersebut, itu artinya kita tidak mendidik mereka, atau sama saja dengan mengajarkan mereka tentang kemalasan dalam berusaha mencari nafkah. Padahal mereka sehat wal afiat dan kuat.
Ya. Aku tau persis asalan yang satu ini, karena…. Akulah dulu yang berfikiran seperti ini. hehehe… piiis…
Wait…tapi jangan ilfil dulu sama dirikuh. Yang jelas sekarang cara berfkir ku udah berubah, udah insaf, hehe... Dan yang tertanam di fikiranku sekarang adalah, bahwa :
Di dunia ini ga ada seorang pun yang pengen punya profesi sebagai seorang pengemis, cuma mungkin karena nasib mereka lah yang tidak sebaik kita. Mereka pun sama, pengen bekerja dan berpenghasilan, namun karena kurangnya keterampilan dan kemampuan mereka sehingga untuk bekerja sebagai pencuci piring di sebuah warteg pun ga ada kesempatan dan atau belum ada yang memberi kesempatan, makanya mereka mengemis untuk menyambung hidup.
Dengan berfikiran seperti itulah aku bisa merasakan indahnya berbagi, untuk tidak lagi mencuek-an pengemis atau peminta-mina, dengan menyisihkan beberapa perak, bahkan gope-an sekalipun, ga masalah. Yang penting memberi. Dan yang terutamanya adalah ikhlas.
Tapi ada satu yang mengusik hatiku, ketika bertemu dengan seorang pengemis ibu-ibu, dengan menggendong seorang anak balita, sekira 3-4 tahunan. Hatiku serasa gerimis melihat anak yang digendongnya, dalam keadaan letih lemah dan lesu. Sungguh sangat mengkhawatirkan. Yang terlintas di benakku saat itu adalah, siapa tahu anak itu bukanlah anaknya (gak peduli bagaimana ia mendapatkan anak tersebut), dengan tanpa merasa berdosa dia dengan sengaja gak ngasih makan minum itu anak biar dengan kondisinya yang mengenaskan itu, dia bisa menarik simpati orang-orang yang ditemuinya untuk kemudian agar memberinya.
Berapa banyak anak yang telah menjadi korban, baik itu anaknya sendiri maupun anak orang lain yang ia manfaatkan demi mendapatkan sumbangan.
Akhir-akhir ini sempet juga tersiar kabar, terutama di perkotaan, tentang maraknya aksi penculikan anak-anak. Entah itu untuk diperjual belikan atau untuk dimanfaatkan mencari sumbangan dan sejenisnya. Na’udzubillah.
Mari para bunda untuk lebih ekstra ketat lagi dalam pengawasan terhadap anak-anak kita. Bahkan diberitakan ada salah satu artist Indonesia yang membekali anak nya yang masih bersekolah di SD dengan HP. Memang sii dengan HP, komunikasi bisa lebih mudah. Tapi timbul pertanyaan, apakah dengan HP tidak malah memancing si pengintai? Wallahu a’lam. Yang penting kita udah berbuat yang terbaik untuk keselamatan anak kita.
8 comments:
Pertamaxx......... Hehe ...
Aku ga tahu mo nyebrang di sisi mana, nih yang pelit (dengan alasan itu) atau yang dermawan. Kalo ada aku kasih kalo ga ada, kuusahakan ada. hahaha .... hanya 500 perak gitu.
Tapi memang banyak pengemis yang jauh lebih kaya dari kita, punya rumah tingkat dan anak sarjana. Ya sutralah. Dosa mereka sendiri.
Hanya .. aku pernah ditipu kakek2, nangis2 minta uang tuk pulang ke desa aku kasih 20 rb, beberapa hari kemudian minta lagi. Hahaha ....
hmmmmm.........Kesian juga memang kalo yang bener2 cuman cari sesuap nasi, "nah, kalo yang cari segenggam berlian" itu tuch yang kelewatan..apalagi yang ngancam2 minta duit, pake bilang baru keluar dr LP Cipinang sgala
yang penting ikhlas ya ngasih berapapu, tapin kadang2 bt udah dikasih minta lebih, padahal kita juga ngasih pakai perasaan. gak mungkin kan ngasih Rp.1oo
terkadang memberi itu berat, tapi kalau sudah ikhlas ya biarkan 'Dia' yang ngasih jawabannya.. matematika 'Dia' memang terkadang tdk bisa di logika...semua kembali pada diri masing2 orang..(nyambung ga' mba' comment saya? he.he)..
emang kadang dilema nih klo urusan memberi...
Biasanya, saya memberi pun melihat kondisi org tsb. Kalau fisik masih terlihat "mampu" untuk bekerja lain (tdk meminta), biasanya sy tdk kasih...
Tapi, kadang kalo kondisi panas atau hujan (lihat cuaca juga hehehhhee) kan suka enggak tega lihatnya - yach, saya kasih....
des, pengemis itu jadi profesi lho jaman sekarang. ada organisasinya. mereka ntar malam2 ngumpul, nyetor. pernah temanku sendiri, malam2 lihat para anak2, rame2 makan di warung ayam bakar. terus ramai2 carter bajaj, pulang. terus sering pasangan2 pengemis itu berganti2. hari ini yg laki buta, yg ibu2nya nuntun. tapi mungkin minggu depan, masih laki2 buta yg sama, tapi yg nuntun ganti orang. idem dg anak2 yg digendong. ada lagi anak2 yg diculik dan yang sengaja dibikin cacat utk modal mengemis. kasian sekali. tapi kalo kita terus memberi, maka jumlahnya akan bertambah. bukan berarti gua pelit dan gak pernah ngasih lho. terus di china, ada yang anaknya dikasih obat tidur, jadi si bayi tidur terus "gak reseh dan gak merepotkan" ketika dibawa "jalan2". ada lagi pengemis yg kurang ajar, dulu oomku datang, di china, kasih ke pengemis 1 yuan (Rp 1250). terus si pengemis ngintilin sambil bilang, gak cukup, gak cukup. wah, reseh. terus ada yg merayap2 di tanah. tau2 dia berdiri, duduk di pinggir halte, terus tau2 nyeberang jalan. banyak deh.. pernah lagi aku ketemu anak2 pakai seragam SD di depok, bilang kesasar.. gk punya duit makan dan duit naik kereta ke bojong. aku kasih duitlah. eh.. besoknya lihat lagi tuh anak, mengintai mangsa lain. sampai beberapa kali aku lihat. nyaris pengen kujitak tuh anak.
Intinya mah ikhlas yah Mba. Insya Allah kalo ikhlas pasti barokah. Baik ke si pemberi, maupun ke yang menerima. Kalo gw mah masalah uangnya mo dipake apa sama si pengemis yah urusan dia, yang penting niat kita untuk membantu sesama :-)
yach itulah manusia,ummi juga sering liat yang seperti itu ummi juga terkadang berpikir begitu soalnya jarang sekali ibu tega membiarkan anak-anaknya kepanasan,kehujanan+kelaparan terkecuali ibu yang hatinya sudah tertutup rasa keibuannya
Post a Comment